Minggu, 29 Januari 2012

Semenjak kepergian-mu

Wajah itu lenyap. Sahabat-ku?


Aku ingat, dulu kita berjanji untuk tetap bersama.
Kita berpandangan lain tentang masalah.
Masalah ialah jiwa, ketabahan pengisi-nya.
Sejak kecil kita bersama.
Bersenda gurau, melewati tiap-tiap lorong kehidupan.
Menjalani seluruh-nya tanpa beban. 
Hanya tawa yang melekat diantara kita.
Seluruh-nya baik-baik saja...


Namun kini.
Waktu merampas senyuman itu.
Wajah-mu lenyap, jua hati-mu.
Tak ada lagi sosok yang dulu.


Aku menjerit-jerit
Seolah lelah menitihkan air mata.
Aku menangis.
Menangis..
Dan menangis.
Setiap hari-nya.
Kala itu, kepergian-mu.


Kau tahu? 
Kehampaan menelan jiwa-ku.
Bahkan hujan enggan menyentuh kulit-ku.
Aku melihat semua ini tanpa mata.
Seakan kenangan itu jauh, terbenam.


Merpati terbang tinggi.
Langit gelap.
Fajar sembunyi.
Bintang merintih.
Mereka sedih, sobat,
kita tak lagi duduk sebagai penikmat.


Sahabat, luka ini semakin besar.
Tak mampu diukur, bahkan mustahil terobati.
Semenjak kepergian-mu, aku merasa dunia berbeda.
Menjauh, dan semakin meredup.








.admin @kapusdt -sdt.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar